Hari ini, Senin, 5 Oktober 2020, saya mulai mengerjakan tugas Konseling Nabawi sebagai bagian dari Mata Kuliah di semester 5 ini, yang mana pada konsep belajar pada semester ini, yaitu lebih kepada belajar secara mandiri, yang dimulai dari membuat peta belajar sendiri, lalu mencari bahan pembelajaran atau referensi sendiri, dan menuliskannya pada lembar kosong yang terdapat di blog masing-masing, untuk dipertanggungjawabkan dan disetor kepada dosen pengampu.
Kemudian konsep
pertama/Sub Tema yang akan saya pilih yaitu tentang teori “Konselor Menurut Konseling Nabawi”. Teori ini akan saya bagi
menjadi beberapa sub tema diantaranya, Konseling Nabawi : Bimbingan dan
konseling pendidikan Islam, nabi Muhammad sebagai konselor Profesional, Fungsi
Bimbingan Konseling Rasulullah. Sebelum kita mulai pembahasan mengenai bimbingan
konseling pendidikan Islami, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu
Bimbingan dan apa itu Konseling.
Prayitno dan Erman Amti (2004 : 99) menjelaskan bimbingan adalah Proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau
beberapa orang individu , baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri;
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sofyan S. Willis (2007: 17-18), secara historis asal mula pengertian
konseling adalah untuk memberi nasehat, seperti penasehat hukum, penasehat
perkawinan, dan penasehat camping anak-anak pramuka. Menurutnya konseling
adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan
berpengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu
tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Bimbingan dan konseling pendidikan Islam Agama Islam sangat concern
terhadap pendidikan. Ayat yang pertama turun adalah surat Al Alaq ayat 1 - 5,
yang menegaskan agar pemeluk agama Islam mempelajari dengan dengan
sungguh-sungguh terhadap segala sesuatu yang telah diciptakan Allah SWT. Allah
SWT pencipta alam semesta (Sang Khalik), sedangkan segala sesuatu yang ada di
dunia ini adalah ciptaan Allah SWT (mahluk). Kemampuan yang dimiliki manusia
tidak akan mampu menandingi kemahakuasaan Allah SWT. "Allah menyatakan
bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan
keadilan. Para Malaikat darn orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana " (Qs. Ali- Imran, 3: 18).
Sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan cara penasehatan yang dilakukan Rasulullah kepada
sahabat. Sebagai contoh, dalam layanan konseling seorang pembimbing atau
konselor haruslah sungguh-sungguh, ihklas, sabar, tidak mudah lari dari masalah
dan lemah lembut kerena sesungguhnya keseriusan dan kesadaran sangat diperlukan
dalam proses konseling.
Layanan dan
nasehat yang dijalankan Rasulullah kepada para sahabat dalam mengajak
melaksanakan yang ma’ruf, Rasul melaksanakan dengan sungguh-sungguh, sabar,
lemah lembut, dan penuh bijaksana. Sikap Rasul dalam memberi layanan yang
kondusif dan lemah lembut diabadikan dalam al-Qur’an pada surah al-Imran ayat
159:
Maka
disebabkan rahmad dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkan ampun bagi mereka
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu
telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal.
Sifat-sifat
mulia dan agung yang dicontohkan Rasulullah dalam memberi layanan dan
panasehatan kepada klien dari sifat dan sikap yang dituntut dari seorang
konselor profesional seperti yang dirumuskan oleh Persatuan Bimbingan Jabatan
Nasional yaitu Nasional Vocational Guidance Association seperti
yang dikutip oleh Sukardi (1983 : 61) yaitu interes terhadap orang lain, sabar,
peka terhadap berbagai siakap dan reaksi, memiliki emosi yang stabil dan
objektif, sungguh-sungguh respek terhadap orang lain,dan dapat dipercaya.
Kemudian Rasulullah juga menerapkan fungsi perbaikan, yaitu bimbingan dan
konseling yang berfungsi untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki
kekeliruan yang pernah dilakukannya, baik dalam berpikir, berperasaan, dan
berkehendak. Konselor melakukan intervensi agar konseli dapat berpikir secara
sehat, lebih rasional, sehingga dapat mengarahkan konseli kepada tindakan yang
produktif dan normatif.
Agus Sukirno, (2018)Pengantar Bimbingan Konseling, A-Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar