Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Baiklah para pembaca sekalian,
jadi kali ini saya akan melanjutkan pembahasan sebelumnya. Kali ini kita fokus
kepada pembahasan subtansi mengenai hubungan dengan keluarga. Yang mana akan
terbagi menjadi tiga topik pembahasan atau sub-sub tema yang akan kita bahas
yaitu: Keluarga sebagai pendidikan pertama, tanggungjawab anak terhadap
keluarga dan peran kepala keluarga dalam membentuk karakter seorang anak.
Oke langsung saja, referensi yang
akan saya ambil daripada pembahasan kali ini yaitu dari tausiyah para ustadz
dan ada beberapa yang saya ambil dari tulisan orang lain, harapannya pembaca
sekalian dapat mengambil pelajaran daripada tulisan saya sehingga bisa
menerapkan di kehidupan sehari-hari.
Pembahasan yang pertama.
1. Keluarga sebagai pendidikan
pertama. Kita sering sekali mendengar banyak daripada orang lain atau
barangkali kita sendiri pernah berbicara didepan umum tentang keluarga sebagai
pendidikan pertama untuk anak. Kita sadari bahwa tugas orang tua selain sebagi
guru di rumah adalah sebagai pembimbing untuk anaknya, yang mana disinilah anak
akan menerima berbagai macam stimulus gambaran dunia yang akan dijalani
kedepan, bila pemahaman yang diberikan kepada anaknya baik maka jalan anak tersebut akan baik pula.
sebagai orang tua harus mampu
memberikan edukasi dan bimbingan yang baik agar pola pikir maupun tingkah laku anak
menjadi baik. Maka tempat yang paling tepat untuk menanamkan pola pikir anak yaitu
dalam keluarga. Ustadz Salim A Fillah berkata dalam salah satu ceramahnya,
bahwa anak-anak ketika belum berumur 10
tahun keatas, maka perlu ditanamkan kepada dirinya etos belajar, ibadah serta
penanaman akhlak dan adab.
https://www.youtube.com/watch?v=-ddCuUVgf1c (Tausiyah
Ust. Salim A Fillah)
2. tanggungjawab anak terhadap
keluarga. Selain orang tua, anak pun mempunyai tanggungjawab kepada
keluarganya, sama halnya dengan kita semua selaku anak mesti punya kewajiban
terhadap keluarga. Allah Berfirman.
Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. (Q.S. Al Isra’; 23).
Pada ayat tersebut menegaskan bahwa sebagai anak, bakti
kepada orang tua merupakan hal yang wajib. Berbakti artinya melakukan kegiatan
baik yang menyenangkan orangtua, bukan sekadar menghormati. Bahkan sekalipun
orangtua kita bukan muslim, kita tetap diwajibkan berbakti. Kecuali jika kita
diminta mempersekutukan Allah, jangan taati perintahnya, tetapi perlakukan dia
sebaik mungkin selama masa hidupnya. Dalam ceramahnya Ustdaz Adi Hidayat
berkata yang pada intinya seperti ini. ”Saking tingginya bakti itu sampai Allah
menyandingkan setelah menyembah kepada Allah.” Kita boleh jadi pejabat tinggi,
kita boleh jadi manajer disebuah perusahaan, tapi dihadapan orangtua ketika
bakti diberikan, maka pahala akan dituliskan disitu.
https://www.youtube.com/watch?v=XBuSuSYUdzw (Tausiyah Ust. Adi Hidayat)
3. Kepala keluarga dalam membentuk
karakter seorang anak. Orang tua dapat menjawab segala pertanyaan anak dengan
jawaban yang sebenarnya atau jawaban fiksi yang merupakan karangan orang tua. Lalu
orang tua dituntut untuk dapat memberi jawaban yang dapat memuaskan hati
seorang anak, sekalipun jawaban itu dirasanya sangat sulit dipahami oleh anak
karena pertanyaannya yang bersifat sensitif. Berawal dari pertanyaan-pertanyaan
dari seorang anak, pendidikan mengenani moral dan budi pekerti dapat ditanamkan.
Karena penanaman inilah modal utama bagi pikiran anak-anak, sumber informasi
pertama yang didapat maka akan dijadikan sebagai model dalam perilaku dan sifat
seorang anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar